Saat
itu saya sedang berada di rumah nenek dan kakek tercinta, yang mana itu memang
kegiatan sehari-hari saya saat masih terbilang mungil di umur saya yang kurang
lebih 5 tahunan. Biasanya saya dititipkan di sana saat ibu saya sedang sibuk
dengan pekerjaan rumah tangganya atau bahkan karena keinginnan saya sendiri
untuk berada di rumah nenek dan kakek yang bisa dibilang tidak terlalu jauh
dari rumah. Suatu hal yang mengejutkan waktu itu, ada suara nyaring menyerupai
suara burung dari rumah saya “what is
that?” dalam hati saya bertanya. Apa mungkin bapak membeli seekor burung
dengan suara senyaring itu. Saya sangat penasaran pada saat itu. Bergegas lah
saya pulang dengan berlari dan tanpa pamit pada nenek dan kakek saya. Sesampainya saya di rumah ternyata ada bapak
yang baru saja pulang kerja membawa satu unit sepeda yang lumayan keren pada
waktu itu, tapi saya masih penasaran apa yang berbunyi dengan sangat nyaring
tadi sampai-sampai bisa saya dengar hingga rumah nenek dan kakek. Setelah bertanya
pada bapak ternyata suara dari sepeda yang bapak saya bawa ini. Entah apa
jenisnya saya kurang paham, Sepeda yang cukup kokoh itu memiliki bel yang
sangat unik, berbunyi seperti suara seekor burung saat di tekan tombolnya, ada-ada
saja bapak itu saya kira ada burung ajaib di rumah ternyata itu sepeda. Sepeda
keren itu juga dilengkapi boncengan di belakanngnya sungguh menarik membuat
saya ingin menungganginya dan mempamerkannya pada teman-teman, walau apalah
daya dengan badan saya yang masih mungil itu. Sepeda yang bapak saya bawa waktu
itu membuat saya merasa sangat senang, jarang-jarang juga penduduk kampung yang
memiliki sepeda karena kampung saya dulu itu daerah pegunungan, jadi sepeda
sangat lah langka. Orang-orang disana sangat suka berjalan kaki terkecuali
memang ingin berpergian kepasar atau tempat yang cukup jauh lainnya.
Saya
sangat lah memiliki sifat manja saat masih kecil denga baru saja melihat sepeda
itu saya langsung merengek-rengek minta dibonceng pergi jalan-jalan pedahal
saya tahu bapak baru saja pulang kerja, tapi bapak selalu bisa membujuk saya
untuk bersabar katanya bapak masih capek. Jadi esok hari saja saya bisa mencoba
duduk di pemboncengan sepeda itu. Dengan perasaan senang namun kecewa tidak
bisa menungganginya saat itu juga saya menurut saja apa yang bapak minta, tapi
tidak membuat saya untuk beranjak jauh dari sepeda tersebut hingga saya puas
memandangi dan memegang-megannya.
Keesokan
harinya bapak tidak berangkat kerja, kegiatan bapak saat pagi itu membuatkan
saya minuman sereal Energen yang
walau pun saya tidak suka susu saat masih kecil. Sedang ibu membuat nasi goreng
kesukaan saya dan bapak di dapur. Sungguh saya rindu masa-masa itu dimana saya
masih bisa berkumpul dan dapat kasih sayang yang hangat dari bapak dan ibu.
Saya tidak bisa makan banyak saat itu karena dalam otak saya masih penasaran
bagaimana rasanya diboncengi bapak dengan sepeda itu. Saya adalah tipikal anak
yang tidak bisa di kasih janji lalu saya akan menagih-nagih janji itu sampai
janji itu ditepati. Ya, saya merengek-rengek lagi meminta bapak mengajak saya berjalan-jalan
dengan sepeda barunya itu. Untuk rengekkan kali ini bapak tidak menolaknya
karena mungkin bapak memang ingin juga membawa anaknya jalan-jalan dengan
sepeda barunya. Hati ini bersorak ria akhirnya yang saya tunggu-tunggu
semalaman bisa saya rasakan.
Setelah
sarapan selesai bapak langsung mengajak saya bersiap-siap mengenakan jaket
karena daerah kampung saya udaranya sangatlah dingin apalagi di pagi hari. Saya
segera bergegas dengan semangatnya meminta pasangkan jaket di badan saya pada
ibu tercinta. Kini telah siap saya untuk
bisa duduk di pemboncengan itu dimana bapak lah seorang pengemudinya. Setelah
naik dan duduk saya berpegang erat pada jok sepeda yang memiliki per di
bawahnya, sedang bapak masih memegang sepeda dan belum menungganginya . Ibu
saat itu menaruh hawatir pada saya, terlihat dari pesan-pesan ibu yang
mengharapkan kaki saya supaya
berhati-hati untuk tidak samapai masuk di jeruji sepeda karena pasti kaki
mungil anaknya tercinta ini bisa terluka.
Ini
saatnya kini bapak pamit membawa saya berjalan-jalan dengan sepedanya walau
saya belum tau bapak ingin membawa anaknya ini kemana. Dengan semangat pula
bapak segera menjalankan sepedanya dengan kata-kata has bapak dulu saat kemana
pun bapak mmembawa saya pergi, bapak selalu bilang “Come on baby let’s go!” atau satu kata lagi “come here my friend” itu
kata-kata bujukan dan kata-kata sayang saat bapak ingin menenangkan saya dari
tangis saya karena di marah ibu atau saat saya kesal dan kesakitan.
Kini
sepeda pun berjalan dengan perlahan karena bapak sangat hati-hati membawa anak
pertamanya pada saat itu. Hati saya sangat berbunga-bunga dan bahagia bisa
manikmati nyamaannya naik sepeda dengan pemandanga kampung saya yang cukup
indah. Di perjalanan saya bertanya hendak kemana pada bapak, kita ke Curug
Cimahi jawabnya semabari menggenjot sepedanya itu. Curug Cimahi adalah
salah satu tempat di mana kita bisa
melihat bayak monyet di sana, apa lagi saat setelah hujan, entah kenapa mereka
pada keluar saat setelah hujan. Dengan jawab bapak waktu itu menambah rasa
bahagia saya selain saya bisa naik sepeda saya akan pergi melihat monyet karena
waktu kecil saya sangat suka melihat binatang sampai-sampai kegiatan rutin
liburan setelah hari raya pun saya tidak pernah absen dari kebun binatang.
Dunia terasa indah saat itu aku semakin sayang pada bapak yang selalu
memanjakan anaknya ini dan selalu penuhi apa yang anaknya ini mau mainan di
setiap bapak pulang kerja, pakaian, sepatu, sandal hingga makanan-makanan yang
sekiranya bisa membuat saya lahap makan karena saat itu saya tergolong anak
kecil yang susah makan. Perjalanan yang indah itu tidak memakan waktu panjang,
kira-kira hanya 30 menit, dimana yang saya lakukan hanya perpegangan pada
pinggang bapak dan tidak berani bergerak lebih karena mengingat-ingat pesan ibu
dari rumah tadi. Perjalanan cukup membuat pegal dikaki dan sedikit panas di
bokong saya tapi tidak terhiraukan dengan senangnya hati saya saat itu.
Perjalanan tengah selesai terlihatlah Suatu curug ( jurang ) dari tepi jalan
yang memiliki pemandangan indah dengan banyak pepohonan dan sesekali terlihat
ada beberapa monyet bergelantungan di rantingnya. Sejuk sekali saat itu terlebih lagi sejuk
dalam hati saya merasakan kebahagiaan bersama bapak tercinta menikmati
perjalanan dengan sepeda baru dan pemandangan indah Curug Cimahi. Sangat
terkenang dan membekas kebahagiaan itu dalam hati saya hingga saat ini, ingin
sekali hati ini mengulang kejadian itu bersama bapak tercinta. Terimakasih
kepada sepeda kerennya bapak.
0 komentar:
Posting Komentar