Kamis, 02 Mei 2013

Sepeda Bapak




Saat itu saya sedang berada di rumah nenek dan kakek tercinta, yang mana itu memang kegiatan sehari-hari saya saat masih terbilang mungil di umur saya yang kurang lebih 5 tahunan. Biasanya saya dititipkan di sana saat ibu saya sedang sibuk dengan pekerjaan rumah tangganya atau bahkan karena keinginnan saya sendiri untuk berada di rumah nenek dan kakek yang bisa dibilang tidak terlalu jauh dari rumah. Suatu hal yang mengejutkan waktu itu, ada suara nyaring menyerupai suara burung dari rumah saya “what is that?” dalam hati saya bertanya. Apa mungkin bapak membeli seekor burung dengan suara senyaring itu. Saya sangat penasaran pada saat itu. Bergegas lah saya pulang dengan berlari dan tanpa pamit pada nenek dan kakek saya.  Sesampainya saya di rumah ternyata ada bapak yang baru saja pulang kerja membawa satu unit sepeda yang lumayan keren pada waktu itu, tapi saya masih penasaran apa yang berbunyi dengan sangat nyaring tadi sampai-sampai bisa saya dengar hingga rumah nenek dan kakek. Setelah bertanya pada bapak ternyata suara dari sepeda yang bapak saya bawa ini. Entah apa jenisnya saya kurang paham, Sepeda yang cukup kokoh itu memiliki bel yang sangat unik, berbunyi seperti suara seekor burung saat di tekan tombolnya, ada-ada saja bapak itu saya kira ada burung ajaib di rumah ternyata itu sepeda. Sepeda keren itu juga dilengkapi boncengan di belakanngnya sungguh menarik membuat saya ingin menungganginya dan mempamerkannya pada teman-teman, walau apalah daya dengan badan saya yang masih mungil itu. Sepeda yang bapak saya bawa waktu itu membuat saya merasa sangat senang, jarang-jarang juga penduduk kampung yang memiliki sepeda karena kampung saya dulu itu daerah pegunungan, jadi sepeda sangat lah langka. Orang-orang disana sangat suka berjalan kaki terkecuali memang ingin berpergian kepasar atau tempat yang cukup jauh lainnya.
Saya sangat lah memiliki sifat manja saat masih kecil denga baru saja melihat sepeda itu saya langsung merengek-rengek minta dibonceng pergi jalan-jalan pedahal saya tahu bapak baru saja pulang kerja, tapi bapak selalu bisa membujuk saya untuk bersabar katanya bapak masih capek. Jadi esok hari saja saya bisa mencoba duduk di pemboncengan sepeda itu. Dengan perasaan senang namun kecewa tidak bisa menungganginya saat itu juga saya menurut saja apa yang bapak minta, tapi tidak membuat saya untuk beranjak jauh dari sepeda tersebut hingga saya puas memandangi dan memegang-megannya.
Keesokan harinya bapak tidak berangkat kerja, kegiatan bapak saat pagi itu membuatkan saya minuman sereal Energen yang walau pun saya tidak suka susu saat masih kecil. Sedang ibu membuat nasi goreng kesukaan saya dan bapak di dapur. Sungguh saya rindu masa-masa itu dimana saya masih bisa berkumpul dan dapat kasih sayang yang hangat dari bapak dan ibu. Saya tidak bisa makan banyak saat itu karena dalam otak saya masih penasaran bagaimana rasanya diboncengi bapak dengan sepeda itu. Saya adalah tipikal anak yang tidak bisa di kasih janji lalu saya akan menagih-nagih janji itu sampai janji itu ditepati. Ya, saya merengek-rengek lagi meminta bapak mengajak saya berjalan-jalan dengan sepeda barunya itu. Untuk rengekkan kali ini bapak tidak menolaknya karena mungkin bapak memang ingin juga membawa anaknya jalan-jalan dengan sepeda barunya. Hati ini bersorak ria akhirnya yang saya tunggu-tunggu semalaman bisa saya rasakan.
Setelah sarapan selesai bapak langsung mengajak saya bersiap-siap mengenakan jaket karena daerah kampung saya udaranya sangatlah dingin apalagi di pagi hari. Saya segera bergegas dengan semangatnya meminta pasangkan jaket di badan saya pada ibu tercinta.  Kini telah siap saya untuk bisa duduk di pemboncengan itu dimana bapak lah seorang pengemudinya. Setelah naik dan duduk saya berpegang erat pada jok sepeda yang memiliki per di bawahnya, sedang bapak masih memegang sepeda dan belum menungganginya . Ibu saat itu menaruh hawatir pada saya, terlihat dari pesan-pesan ibu yang mengharapkan  kaki saya supaya berhati-hati untuk tidak samapai masuk di jeruji sepeda karena pasti kaki mungil anaknya tercinta ini bisa terluka.
Ini saatnya kini bapak pamit membawa saya berjalan-jalan dengan sepedanya walau saya belum tau bapak ingin membawa anaknya ini kemana. Dengan semangat pula bapak segera menjalankan sepedanya dengan kata-kata has bapak dulu saat kemana pun bapak mmembawa saya pergi, bapak selalu bilang “Come on baby let’s go!” atau satu kata lagi “come here my friend”  itu kata-kata bujukan dan kata-kata sayang saat bapak ingin menenangkan saya dari tangis saya karena di marah ibu atau saat saya kesal dan kesakitan.
Kini sepeda pun berjalan dengan perlahan karena bapak sangat hati-hati membawa anak pertamanya pada saat itu. Hati saya sangat berbunga-bunga dan bahagia bisa manikmati nyamaannya naik sepeda dengan pemandanga kampung saya yang cukup indah. Di perjalanan saya bertanya hendak kemana pada bapak, kita ke Curug Cimahi jawabnya semabari menggenjot sepedanya itu. Curug Cimahi adalah salah  satu tempat di mana kita bisa melihat bayak monyet di sana, apa lagi saat setelah hujan, entah kenapa mereka pada keluar saat setelah hujan. Dengan jawab bapak waktu itu menambah rasa bahagia saya selain saya bisa naik sepeda saya akan pergi melihat monyet karena waktu kecil saya sangat suka melihat binatang sampai-sampai kegiatan rutin liburan setelah hari raya pun saya tidak pernah absen dari kebun binatang. Dunia terasa indah saat itu aku semakin sayang pada bapak yang selalu memanjakan anaknya ini dan selalu penuhi apa yang anaknya ini mau mainan di setiap bapak pulang kerja, pakaian, sepatu, sandal hingga makanan-makanan yang sekiranya bisa membuat saya lahap makan karena saat itu saya tergolong anak kecil yang susah makan. Perjalanan yang indah itu tidak memakan waktu panjang, kira-kira hanya 30 menit, dimana yang saya lakukan hanya perpegangan pada pinggang bapak dan tidak berani bergerak lebih karena mengingat-ingat pesan ibu dari rumah tadi. Perjalanan cukup membuat pegal dikaki dan sedikit panas di bokong saya tapi tidak terhiraukan dengan senangnya hati saya saat itu. Perjalanan tengah selesai terlihatlah Suatu curug ( jurang ) dari tepi jalan yang memiliki pemandangan indah dengan banyak pepohonan dan sesekali terlihat ada beberapa monyet bergelantungan di rantingnya.  Sejuk sekali saat itu terlebih lagi sejuk dalam hati saya merasakan kebahagiaan bersama bapak tercinta menikmati perjalanan dengan sepeda baru dan pemandangan indah Curug Cimahi. Sangat terkenang dan membekas kebahagiaan itu dalam hati saya hingga saat ini, ingin sekali hati ini mengulang kejadian itu bersama bapak tercinta. Terimakasih kepada sepeda kerennya bapak.

0 komentar: