Ini
tentang pelajaran Biologi semasa saya masih kelas 6 SD. Pada saat itu ada pembahasan
mengenai jenis-jenis perkembang biakan tumbuhan, salah satunya menjelaskan
tentang perkembang biakan rumput teki yang dipaparkan bahwa perkembang biakannya dengan cara geragih dan termasuk perkembang
biakan vegetatif juga. Karena rumput teki adalah salah satu rumput yang
baru kita dengar dan lihat bentuknya di
buku waktu itu, setelah kita pulang kita dapat tugas dari sang guru untuk mencari
rumput teki tersebut di sekitar rumah kita masing-masing diharapkan kita bisa
bennar-benar mengenalnya. Walau sudah melihat di buku bagaimana bentuk rumput
teki dan penjelasannya tapi kita masih bingung rumput itu tumbuh di mana dan
sebesar apa. Akhirnya kita membentuk kelompok dengan teman-teman untuk bekerja
sama mencari rumput teki yang menjadi permasalahan waktu itu. Kurang lebih 6
orang sedang berunding untuk menentukan hari pencarian si rumput langka bagi
kita saat itu ialah rumput teki yang memiliki daun panjang kecil dan berkembang
biak dengan cara geragih . Akhirnya di sepakati minggu pagi dan pencariannya
kita alokasikan di suatu tempat yang lumayan jauh dari rumah, mungkin bisa
mencapai hampir satu jam untuk menempuhnya yaitu di suatu hamparan kebun teh yang indah terletak di kawasan Sukawana. Satu
pun dari kita tidak ada yang menolak walau jaraknya cukup jauh dan cukup sepi
disana, tapi indah pemandangan dan sejuknya Sukawana yang membuat kita
menyetujui langsung kesepakatan itu.
Hari minggu itu telah tiba dimana saya dan
kawan-kawan tengah siap untuk menuju tempat dimana hamparan hijau nan indah itu
berada. Sebelum sampai kawasan itu kita harus melalui jalan dimana jalan itu
adalah jalan yang melalui pemakaman umum dan Desa Kancah yang merupakan desa tetangga
sebelah paling dekat. Satu kendala bagi saya yang mana waktu kecil merupakan
anak yang sangat penakut dan sangat percaya dengan sosok hantu harus melewati
jalanan sepi yaitu pemakaman umum. Konon katanya sering ada hantu gentayangan
dan dikatakan juga belum lama itu ada pembongkaran kuburan di sana. Informasi
itu membuat saya semakin mengkerut, hingga di sepanjang jalan saya hanya berani
jalan di tengah-tengah mereka, tidak mau di depan, di belakang maupun di
pinggir. Akhirnya setelah kurang lebih 15 menit kita menempuh perjalanan dan
pemakaman umum itu tengah saya lewati dengan sedikit keringat dingin dan muka
pucat karena ketakutan, desa Kancah pun kini sudah terlihat dengan nampaknya
tanaman-tanaman bunga Ros liar di pinggir-pinggir jalan dan semak-semak yang berarti
perjalanan menuju Sukawana pun sudah separuh perjalanan. Jalan yang waktu itu
masih belum menggunakan aspal melainkan hanya bebatuan yang membuat jalanan
terlihat tidak rata dan terjal itu tidak menjadi hambatan semangatnya kami
ingin berjumpa dengan kebun teh indah Sukawana. Di benak kami kini yang
tersirat hanya lah pemandangan indah dan sejuknya Sukawana bukan rumput Teki
yang awalnya menjadi target kita berangkat kesana. Kini sedikit demi sedikit
kita sudah melewati desa Kancah yang cukup ramai dengan penduduknya itu dan
tengah terlihat sedikit demi sedikit hamparan hijau dan bau has kebun teh
Sukawana yang selalu saya rindukan. Melihat kebun teh kita langsung berlarian
dan berkejaran sembari bersorak kesenangan. Kita berlarian di sela-sela baris
kebun teh yang meliuk-liuk dan turun naik. Sesekali kami melakukan perosotan
bah perosotan anak TK saat menemukan terjal tinggi dan turun ke bawah, tak
peduli celana menjadi kotor dan penuh tanah. sungguh gembiranya kami menikmati
sejuk Sukawana tercinta itu, pemandangan yang membuat mata segar dan nyaman
dengan di hiasi pula pemandangan kukuhnya gunung Tangkuban Perahu di sebelah
utara sukawana menambah indahnya dunia kami saat kami berada di sana. Anak-anak
kecil ini lupa akan tugasnya mencari rumput teki yang kami fikir itu banyak
terdapat di sana. Setelah cukup lama kami menikmati Sukawana akhirnya kami
memutuskan untuk kembali focus pada tujuan si rumput teki. Walau sudah sampai
di sana kami malah menjadi bingung dengan rumput teki yang seperti apa, begitu
banyak macam ruput yang terdapat disana bahkan memiliki bentuk yang hampir
sama. Kami berjalan-jalan menelusuri kebun teh tapi malah membuat kami semakin
bingung dan kami merasa lelah akan rumput itu. Kami kini merasa kecewa karena diantara
kami memang tidak yakin akan rumput-rumput yang berada di sana. Hari mulai
sedikit panas dan haus sudah terasa karena diantara kami tidak ada yang
berbekal air minum saat itu. Dengan rasa sedikit kesal dan capek akhirnya kami
memutuskan untuk pulang dengan tangan kosong tanpa hasil sama sekali walau
tugas harus di kumpul beberapa hari lagi. Tapi biarlah kita sudah menyerah akan
rumput teki, yang pasti untuk hari itu adalah kegembiraan telah kami dapatkan
lewat indahnya kebun teh sukawana. Andai aku bisa pulang ke kampung halaman
pasti daerah pertama yang aku ingin temui itu adalah yakni Sukawan
0 komentar:
Posting Komentar